Kamis, 07 Maret 2013

DONNY DHIRGANTORO

DONNY DHIRGANTORO, 

lahir di Jakarta 27 Oktober 1978, menyelesaikan masa putih abu abunya di SMA 6 Jakarta. Meneruskan kuliah di STIE PERBANAS Jakarta ( sekarang ABFI Institute, Perbanas ) angkatan 1997. Semasa kuliah aktif di klub fotografi kampus dan Senat Mahasiswa. Pengalaman yang tidak pernah bisa ia lupakan di Senat Mahasiswa adalah sewaktu ia dan teman teman aktivis lainnya menghidupkan kembali pelatihan aktivis mahasiswa Perbanas (Latihan Kepemimpinan Mahasiswa- LKM ), yang telah beberapa tahun vakum. Di LKM ini ia dan teman meneruskan tradisi pemberian beasiswa bagi aktivis mahasiswa berprestasi, yang dulu ia sendiri sangat menyesal pernah tidak mendapatkannya. Pemberian beasiswa itu masih terus berlanjut sampai sekarang. 

Karena sangat menyukai buku, suatu hari ia bertekad untuk “mengarang” sebuah buku, sebuah novel. Maka hanya dengan bermodal semangat ia mulai menulis dan menulis. Saat itu pekerjaan menjadi instruktur pun sedang tidak terlalu banyak, maka ia pun menulis setiap hari dan akhirnya selama hampir kurang lebih tiga bulan tulisan itu selesai. Ia memberi judul pada novelnya “5 cm” sebuah ilham yang ia dapatkan sehabis bangun tidur di pagi hari. “Ilham” yang pastinya terkontaminasi dengan buku buku motivasi novel novel pencerahan yang harus ia lalap untuk keperluan mengajar, serta sebuah perjalanan yang tak terlupakan 17 Agustus di puncak Mahameru.

Setelah mencari cari penerbit kesana kemari, pada awal tahun 2005 , ia mengajukan novel itu ke PT Gramedia Widiasarana Indonesia (GRASINDO). “memaksa” mengajukan tulisannya dalam bentuk 3.5 floppy ( dua buah) karena saat itu ia tidak mempunyai uang untuk membuat Hard Copynya sebanyak 400 halaman.

Setelah hampir kurang lebih 4 – 5 bulan GRASINDO menyatakan setuju untuk menerbitkan novel “aneh” berwarna hitam yang berjudul “5 cm” ini . Pada tanggal 21 Mei 2005, 5 cm mulai beredar di pasaran, dan terus dicetak ulang sampai tulisan ini dibuat - hampir 100 ribu kopi novel ini telah terjual.



http://5cm-legacy.com/blog/about-donny/ 

Rabu, 06 Maret 2013

Demam Berdarah Dengue (DBD)



A.    Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
1.        Definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hati, disertai tanda perdarahan dikulit berupa petechie,purpura, echymosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hepatomegali, trombositopeni, dan kesadaran menurun atau renjatan.
Perbedaan Hipertermi dan Demam
Hiperpireksia atau Demam terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas, yang mengakibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal. Davis dan Lentz (1989) merekomendasikan untuk menentukan demem berdasarkan beberapa pembacaan suhu dalam waktu yang berbeda pada satu hari dibandingkan dengan suhu normal orang tersebut pada waktu yang sama, disamping terhadap tanda vital dan gejala infeksi. Demam sebenarnya merupakan akibat dari perubahan set point hipotalamus. Pirogen seperti virus dan bakteri menyaebabkan peningkatan suhu tubuh. Saat bakteri dan virus tersebut masuk kedalam tubuh, pirogen bekerja sebagai antigen, mempengaruhi sisitem imun. Sel darah putih diproduksi lebih banyak lagi untuk meningkatkan pertahanan tubuh melawan infeksi. Substansi ini juga mencetuskan hipotalamus untuk mencapai set point. Untuk mencapai set point baru yang lebih tinggi, tubuh memproduksi dan menghemat panas. /dibutuhkan beberapa jam untuk mencapai set point baru dari suhu tubuh. Selam periode ini, orang tersebut menggigil, gemetar dan merasa kedinginan, meskipun suhu tubuh meningkat. Fase menggigil berakhir ketika set point baru, suhu yang lebih tinggi, tercapai. Selama fase berikutnya,masa stabil, menggigil hilang dan pasien merasa hangat dan kering. Jika set point baru telah “melampaui batas” atau pirogen telah dihilangkan (mis. Destruksi  bakteri oleh antibiotik), terjadi fase ketiga episode febris. Set point hipotalamus turun, .menimbulkan respon pengeluaran panas. Kulit menjadi hangat dan kemerahan karena vasodilatasi. Diaforesis membantu evapoasi pengeluaran panas. Ketika demam berhenti klien menjadi afebris. Jadi Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting.
            Hipertermi  adalah peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas. (Potter dan Perry. 2005).

[siklus+pelana+kuda.gif]

Demam Pelana Kuda
Ciri-ciri Demam DBD atau Demam Pelana Kuda :
a.       Hari 1 – 3 Fase Demam Tinggi
Demam mendadak tinggi, dan disertai sakit kepala hebat, sakit di belakang mata, badan ngilu dan nyeri, serta mual/muntah, kadang disertai bercak merah di kulit.
b.      Hari 4 – 5 Fase KRITIS
Fase demam turun drastic dan sering mengecoh seolah terjadi kesembuhan.
Namun inilah fase kritis kemungkinan terjadinya “Dengue Shock Syndrome”
c.       Hari 6 – 7 Fase Masa Penyembuhan
Fase demam kembali tinggi sebagai bagian dari reaksi tahap penyembuhan.
Penanganan dengan tepat pada kasus DBD :
1.      Beri minum yang cukup
2.      Hati-hati memilih obat demam, pastikan mengandung PARASETAMOL (baca kemasan)
3.      BAWA SEGERA KE RUMAH SAKIT


1.        Agen Infeksius
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue. Virus ini termasuk dalam grup B Antropod Borne Virus (Arboviroses) kelompok flavivirus dari family flaviviridae, yang terdiri dari empat serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4. Masing-masing saling berkaitan sifat antigennya dan dapat menyebabkan sakit pada manusia. Keempat tipe virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. DEN 3 merupakan serotipe yang paling sering ditemui selama terjadinya KLB di Indonesia diikuti DEN 2, DEN 1, dan DEN 4. DEN 3 juga merupakan serotipe yang paling dominan yang berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit yang menyebabkan gejala klinis yang berat dan penderita banyak yang meninggal.
Cara virus tersebut memasuki tubuh yakni melalui gigitan nyamuk yang menembus kulit. Setelah itu disusul periode tenang selama kurang lebih empat hari, saat virus melakukan replikasi (penggandaan) secara cepat dalam tubuh manusia. Apabila jumlah virus sudah cukup, virus akan memasuki sirkulasi darah (viraemia). Pada fase tersebut manusia yang terinfeksi akan mengalami gejala panas. Dengan adanya virus dengue dalam tubuh manusia, tubuh akan memberi reaksi. Secara umum, bentuk reaksi tubuh manusia terhadap keberadaan virus dengue melalui beberapa tahapan/fase. Bentuk reaksi pertama adalah terjadi netralisasi virus dan disusul dengan mengendapkan bentuk netralisasi virus pada pembuluh darah kecil di kulit berupa gejala ruam (rash). Bentuk reaksi kedua yang terjadi gangguan fungsi pembekuan darah sebagai akibat dari penurunan jumlah dan kualitas komponen-komponen beku darah yang menimbulkan manifestasi perdarahan. Bentuk reaksi ketiga terjadi kebocoran pada pembekuan darah yang mengakibatkan keluarnya komponen plasma (cairan) darah dari dalam pembuluh darah menuju ke rongga perut berupa gejala ascites dan rongga selaput paru berupa gejala efusi pleura. Apabila tubuh manusia hanya memberi reaksi tubuh 1 dan 2, orang yang menunjukkan gejala itu akan menderita demam dengue. Sebaliknya, apabila ketiga bentuk reaksi terjadi, maka orang itu akan mengalami demam berdarah dengue.
Manifestasi klinis dari infeksi virus dengue dapat berupa “demam dengue” atau “demam berdarah dengue”. Demam dengue adalah infeksi karena virus dengue, tetapi tidak membahayakan atau tidak mengancam jiwa seperti DBD. Demam yang terjadi pada infeksi virus dengue ini timbulnya mendadak, tingginya mencapai 39-40 derajat celsius dan dapat disertai dengan menggigil. Karena peningkatan jumlah kasus dan angka kematian yang cepat muncul dugaan bahwa virus dengue yang kini mewabah adalah jenis baru. Kemungkinan ini tidak tertutup karena dengue adalah virus RNA yakni virus yang menggunakan RNA sebagai genomnya. Seperti diketahui, virus RNA bermutasi jauh lebih cepat dibandingkan dengan virus DNA.
Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari orang yang tertular dapat mengalami / menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :
  • Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
  • Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 - 7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit.
  • Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut, dubur, dsb.
  • Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian.

2.        Vektor Penular
Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vector penularan virus dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitannya. Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (daerah urban) sedangkan daerah pedesaan (daerah rural) kedua spesies nyamuk tersebut berperan dalam penularan.

A.    Penularan Virus Dengue
1.        Mekanisme Penularan
Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk. Oleh karena itu, penyakit ini termasuk kedalam kelompok arthropod borne diseases. Virus dengue berukuran 35-45 nm. Virus ini dapat terus tumbuh dan berkembang dalam tubuh manusia dan nyamuk.
Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada penularan infeksi dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue masuk ke dalam tubuh nyamuk pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, kemudian virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang infeksius.
Seseorang yang di dalam darahnya memiliki virus dengue (infektif) merupakan sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam (masa inkubasi instrinsik). Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan berkembangbiak dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk, dan juga dalam kelenjar saliva. Kira-kira satu minggu setelah menghisap darah penderita (masa inkubasi ekstrinsik), nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya.
Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (probosis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.13 Hanya nyamuk Aedes aegypti betina yang dapat menularkan virus dengue. Nyamuk betina sangat menyukai darah manusia (anthropophilic) dari pada darah binatang. Kebiasaan menghisap darah terutama pada pagi hari jam 08.00-10.00 dan sore hari jam 16.00-18.00. Nyamuk betina mempunyai kebiasaan menghisap darah berpindah-pindah berkali-kali dari satu individu ke individu lain (multiple biter). Hal ini disebabkan karena pada siang hari manusia yang menjadi sumber makanan darah utamanya dalam keadaan aktif bekerja/bergerak sehingga nyamuk tidak bisa menghisap darah dengan tenang sampai kenyang pada satu individu. Keadaan inilah yang menyebabkan penularan penyakit DBD menjadi lebih mudah terjadi.

2.         Tempat Potensial Bagi Penularan Penyakit DBD
Penularan penyakit DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya. Tempat-tempat potensial untuk terjadinya penularan DBD adalah :
a)        Wilayah yang banyak kasus DBD (rawan/endemis)
b)        Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar.
Tempat-tempat umum itu antara lain :
·       Sekolah
Anak murid sekolah berasal dari berbagai wilayah, merupakan kelompok
umur yang paling rentan untuk terserang penyakit DBD.
·       Rumah Sakit/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya :
Orang datang dari berbagai wilayah dan kemungkinan diantaranya adalah
penderita DBD, demam dengue atau carier virus dengue.
·       Tempat umum lainnya seperti :
Hotel, pertokoan, pasar, restoran, tempat-tempat ibadah dan lain-lain.
c.)   Pemukiman baru di pinggiran kota
Karena di lokasi ini, penduduk umumnya berasal dari berbagai wilayah, maka kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier yang membawa tipe virus dengue yang berlainan dari masing-masing lokasi awal.
 
Nyamuk Penular DBD
1.    Morfologi
Nyamuk Aedes aegypti mempunyai morfologi sebagai berikut :
a)        Nyamuk dewasa: berukuran lebih kecil, jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk yang lain. Mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki.
b)        Pupa (Kepompong): berbentuk seperti “Koma”. Bentuknya lebih besar namun lebih ramping dibandingkan larva (jentik)nya. Pupa nyamuk Aedes aegypti berukuran lebih kecil, jika dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain.
c)        Larva (jentik), terdiri dari:
·       Larva instar I berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm.
·       Larva instar II berukuran 2,5-3,8 mm.
·       Larva instar III berukuran lebih besar sedikit dari larva instar II.
·       Larva instar IV berukuran paling besar 5mm.
d)       Telur, berwarna hitam dengan ukuran lebih 0,80 mm. Telur berbentuk oval yang mengapung satu persatu pda permukaan air yang jernih, atau menempel pada dinding penampungan air, Aedes aegypti betina bertelur diatas permukaan air pada dinding vertikal bagian dalam pada tempat-tempat yang berair sedikit, jernih, terlindung dari sinar matahari langsung, dan biasanya berada di dalam dan dekat rumah. Telur tersebut diletakkan satu persatu atau berderet pada dinding tempat air, di atas permukaan air, pada waktu istirahat membentuk sudut dengan permukaan air.

2.        Lingkungan Hidup
Nyamuk Aedes aegypti seperti nyamuk lainnya mengalami metamorphosis sempurna yaitu telur – jentik – kepompong – nyamuk. Stadium telur, jentik dan kepompong hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu kurang lebih 2 hari setelah telur terendam air. Telur dapat bertahan hingga kurang lebih selama 2-3 bulan apabila tidak terendam air, dan apabila musim penghujan tiba dan kontainer menampung air, maka telur akan terendam kembali dan akan menetas menjadi jentik. Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari, dan stadium pupa (kepompong) berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi dewasa 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan. Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat mencari mangsa dan ke tempat istirahat ditentukan oleh kemampuan terbang. Jarak terbang nyamuk betina biasanya 40-100 meter. Namun secara pasif misalnya angin atau terbawa kendaraan maka nyamuk ini dapat berpindah lebih jauh.

3.        Variasi Musiman
Pada musim hujan tempat perkembang biakan Aedes aegypti yang pada musim kemarau tidak terisi air, mulai terisi air. Telur-telur yang tadinya belum sempat menetas akan menetas. Selain itu pada musim hujan semakin banyak tempat penampungan air alamiah yang terisi air hujan dan dapat digunakan sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu pada musim hujan  populasi nyamuk Aedes aegypti terus meningkat. Bertambahnya populasi nyamuk ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan penularan penyakit
dengue.

4.        Tempat Perkembangbiakan Aedes aegypti
Tempat perkembangbiakan utama nyamuk Aedes aegypti ialah pada tempat-tempat penampungan air berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat-tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk ini biasanya tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah. Jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a)        Tempat Penampungan Air (TPA), yaitu tempat-tempat untuk menampung air guna keperluan sehari-hari, seperti: tempayan, bak mandi, ember, dan lain-lain.
b)        Bukan tempat penampungan air (non TPA), yaitu tempat-tempat yang biasa menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari, seperti : tempat minum hewan peliharaan (ayam, burung, dan lain-lain), barang bekas (kaleng,botol, ban,pecahan gelas, dan lain-lain), vas bunga,perangkap semut, penampung air dispenser, dan lain-lain.
c)        Tempat penampungan air alami, seperti : Lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang, potongan bambu, dan lain-lain .

Derajat serta Tanda dan Gejala
1.        DBD Derajat I : Demam diikuti gejala tidak spesifik. Satu-satunya manifestasi perdarahan adalah tes torniqeet yang positif atau mudah memar.
2.        DBD Derajat II :  Gejala yang ada pada tingkat I ditambah dengan perdarahan. Kegagalan sirkulasi ditandai oleh denyut nadi yang cepat dan lemah, hipotensi, suhu tubuh yang rendah, kulit lembab dan penderita gelisah.
3.        DBD Derajat III : Gejala yang ada pada tingkat I ditambah dengan perdarahan spontan. Perdarahan bisa terjadi di kulit atau di tempat lain.
4.        DBD Derajat IV : Syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diperiksa. Fase kritis pada penyakit ini terjadi pada akhir masa demam. Setelah demam selama 2 - 7 hari, penurunan suhu biasanya disertai dengan tanda-tanda gangguan sirkulasi darah. Penderita berkeringat, gelisah, tangan dan kakinya dingin, dan mengalami perubahan tekanan darah dan denyut nadi.
Demam Berdarah Dengue (DBD) mempunyai tanda dan gejala penyakit sebagai berikut :
1.         Demam
        DBD didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus-menerus berlangsung 2-7 hari. Panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi.
2.         Tanda-Tanda Perdarahan
        Perdarahan ini terjadi disemua organ. Bentuk perdarahan hanya dapat berupa uji tourniquet (Rumple Leed) positif atau dalam bentuk satu atau lebih manifestasi perdarahan  : Petekie, Purpura, Ekimosis, Perdarahan Konjungtiva, Epitaksis, Perdarahan gusi, Hematemesis, Melena, dan Hematuri. Petekie sering sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakannnya regangkan kulit, jika hilang maka bukan petekie. Tourniquet positif sebagai tanda perdarahan ringan, dapat dinilai sebagai hard test (dugaan keras) oleh karena uji tourniquet positif pada hari-hari demam juga terdapat pada sebagian besar penderita DBD. Namun uji tourniquet positif juga dapat dijumpai pada penyakit virus lain (campak, chikungunya), infeksi bakteri (thypus abdomnalis), dan lain-lain. Tourniquet dinyatakan positif jika terdapat 10 atau lebih petekie seluas 1 inci persegi (2,5 x 2,5 cm) di lengan bawah bagian depan (volar) dekat lipat siku (fossa cubiti). Petekie merupakan tanda perdarahan yang tersering ditemukan. Tanda ini sering muncul pada hari-hari pertama demam. Epistaksis dan perdarahan gusi juga sering ditemukan, sedangkan perdarahan gastrointestinal biasanya juga renjatan. Kadang-kadang dijumpai pula perdarahan konjungtiva dan hematuri.

3.         Pembesaran Hati (Hepatomegali)
Pebesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan. Tetapi pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit. Pembesaran hati juga sering ditemukan tanpa disertai ikterus.
4.         Renjatan (Syok)
Syok disebut juga renjatan. Tubuh teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, dan jari tangan. Tanda lain syok wajah pucat, nadi lemah, kecil, sampai tidak teraba.
5.         Trombositopenia
Jumlah trombosit  100.000/l biasanya ditemukan diantara hari ke 3-7 sakit. Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti bahwa jumlah trombosit dalam batas normal atau menurun. Pemeriksaan dilakukan pada saat pasien diduga menderita DBD, bila normal maka diulang tiap hari sampai suhu turun.
6.         Hemokonsentrasi (Peningkatan Hematokrit)
Peningkatan nilai hematokrit (Ht) menggambarkan hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD. Merupakan indicator yang peka terjadinya perembesan plasma, sehingga dilakukan pemeriksaan hematokrit secara berkala. Pada umumnya penurunan trombosit mendahului peningkatan hemaktrokrit. Hemokonsentrasi dengan peningkatan hematokrit  20% (misalnya 35% menjadi 42% : 35/100 x 42 =7, 35+7 = 42), mencerminkan peningkatan permeabilitas kapiler dan perembesan plasma. Perlu mendapatkan perhatian, bahwa nilai hematokrit dipengaruhi oleh penggantian cairan atau perdarahan. Penurunan nilai hematokrit  20 % setelah pemberian cairan yang adekuat, nilai Ht diasumsikan sesuai nilai setelah pemberian cairan.
7.         Gejala dan Klinik Lain
Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita DBD ialah nyeri otot, anoreksia, lemah, mual, sakit perut, diare atau konstipasi, dan kejang. Pada beberapa kasus terjadi hiperpireksia disertai kejang dan penurunan kesadaran sehingga sering didiagnosis sebagai ensefalitis. Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahului perdarahan gastrointestinal dan renjatan. Infeksi oleh virus dengue menimbulkan variasi gejala mulai virus nonspesifik sampaiperdarahan yang fatal.
            Gejala demam dengue tergantung pada umur penderita. Penyakit ini dituhjukan melalui muncunya demam secara tiba-tiba, di sertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot dan ruam. Ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang dan biasanya mucul dulu pada bagian bawah badan pada beberapa pasien, ia menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare.
            Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Gejala klinis demam berdarah menunjukkan demam yang lebih tinggi, pendarahan,trombositopenia dan hemokonsentrasi. Sejumlah kecil kasus bisa menyebabkan sindrom shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi.
Demam berdarah Dengue adalah komplikasi serius dengue yang dapat mengancam jiwa penderitanya, dengan ditandai oleh :
ü  demam tinggi yang terjadi tiba-tiba
ü  manifestasi perdarahan
ü  hepatomegali/pembesaran hati
ü  kadang-kadang terjadi  syok
 

DAFTAR PUSTAKA

Soegijanto S. Patogenesa dan Patogenesa dan Perubahan Patofisiologi  Infeksi Virus Dengue. Diunduh dari http://www.pediatrik.com/buletin/20060220-8ma2gi-buletin.doc pada tanggal 28 Februari 2011
Yuono IF. Penurunan Jumlah Trombosit Sebagai Faktor Terjadinya Perdarahan pada Pasien Demam Berdarah Dengeu Dewasa di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Semarang: FK. UNDIP, 2007
Sumarmo. Aspek Klinis dan Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue. Artkel Kesehatan Cermin Dunia Kedokteran: 60 (4), 1990
Widoyono. Penyakit Tropis, epideminologi, penularan, pencegahan dan pemberantasannya. Jakarta: Erlangga, 2006
Suriadi, Yulianti R. Asuhan keperawatan pada Anak. Jakarta: Sagung Seto, 2006
Gandahusada S, Ilahude HE, Pribadi W. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: FK UI, 2004
Oktri Hastuti. Seri Kesehatan Masyarakat: Demam Berdarah Dengue – Penyakit dan Cara Pencegahannya, Jakarta: Penerbit Kanisius, 2008
Widyastuti, Palupi. Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue: Panduan Lengkap. Jakarta: EGC, 2002.