A.
Penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD)
1.
Definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa
penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hati, disertai tanda
perdarahan dikulit berupa petechie,purpura, echymosis, epistaksis, perdarahan
gusi, hematemesis, melena, hepatomegali, trombositopeni, dan kesadaran menurun
atau renjatan.
Perbedaan
Hipertermi dan Demam
Hiperpireksia atau
Demam terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk
mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas, yang
mengakibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal. Davis dan Lentz (1989)
merekomendasikan untuk menentukan demem berdasarkan beberapa pembacaan suhu
dalam waktu yang berbeda pada satu hari dibandingkan dengan suhu normal orang
tersebut pada waktu yang sama, disamping terhadap tanda vital dan gejala infeksi.
Demam sebenarnya merupakan akibat dari perubahan set point hipotalamus. Pirogen seperti virus dan bakteri
menyaebabkan peningkatan suhu tubuh. Saat bakteri dan virus tersebut masuk
kedalam tubuh, pirogen bekerja sebagai antigen, mempengaruhi sisitem imun. Sel
darah putih diproduksi lebih banyak lagi untuk meningkatkan pertahanan tubuh
melawan infeksi. Substansi ini juga mencetuskan hipotalamus untuk mencapai set point. Untuk mencapai set point baru yang lebih tinggi, tubuh
memproduksi dan menghemat panas. /dibutuhkan beberapa jam untuk mencapai set point baru dari suhu tubuh. Selam
periode ini, orang tersebut menggigil, gemetar dan merasa kedinginan, meskipun
suhu tubuh meningkat. Fase menggigil berakhir ketika set point baru, suhu yang lebih tinggi, tercapai. Selama fase
berikutnya,masa stabil, menggigil hilang dan pasien merasa hangat dan kering.
Jika set point baru telah “melampaui
batas” atau pirogen telah dihilangkan (mis. Destruksi bakteri oleh
antibiotik), terjadi fase ketiga episode febris. Set point hipotalamus turun, .menimbulkan respon pengeluaran panas.
Kulit menjadi hangat dan kemerahan karena vasodilatasi. Diaforesis membantu
evapoasi pengeluaran panas. Ketika demam berhenti klien menjadi afebris. Jadi
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting.
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh sehubungan
dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau
menurunkan produksi panas. (Potter dan Perry. 2005).
Demam Pelana Kuda
Ciri-ciri Demam DBD atau Demam
Pelana Kuda :
a. Hari 1 – 3 Fase Demam Tinggi
Demam mendadak tinggi, dan disertai sakit kepala hebat, sakit di belakang mata,
badan ngilu dan nyeri, serta mual/muntah, kadang disertai bercak merah di
kulit.
b. Hari 4 – 5 Fase KRITIS
Fase demam turun drastic dan sering mengecoh seolah terjadi kesembuhan.
Namun inilah fase kritis kemungkinan terjadinya “Dengue Shock Syndrome”
c. Hari 6 – 7 Fase Masa Penyembuhan
Fase demam kembali tinggi sebagai bagian dari reaksi tahap penyembuhan.
Penanganan
dengan tepat pada kasus DBD :
1. Beri minum yang cukup
2. Hati-hati memilih obat demam,
pastikan mengandung PARASETAMOL (baca kemasan)
3. BAWA SEGERA KE RUMAH SAKIT
1.
Agen Infeksius
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue.
Virus ini termasuk dalam grup B Antropod Borne Virus (Arboviroses) kelompok flavivirus
dari family flaviviridae, yang terdiri dari empat serotipe, yaitu
DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4. Masing-masing saling berkaitan sifat antigennya dan
dapat menyebabkan sakit pada manusia. Keempat tipe virus ini telah ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia. DEN 3 merupakan serotipe yang paling sering
ditemui selama terjadinya KLB di Indonesia diikuti DEN 2, DEN 1, dan DEN 4. DEN
3 juga merupakan serotipe yang paling dominan yang berhubungan dengan tingkat
keparahan penyakit yang menyebabkan gejala klinis yang berat dan penderita
banyak yang meninggal.
Cara virus tersebut memasuki tubuh yakni melalui gigitan
nyamuk yang menembus kulit. Setelah itu disusul periode tenang selama kurang
lebih empat hari, saat virus melakukan replikasi (penggandaan) secara cepat
dalam tubuh manusia. Apabila jumlah virus sudah cukup, virus akan memasuki
sirkulasi darah (viraemia). Pada fase tersebut manusia yang terinfeksi
akan mengalami gejala panas. Dengan adanya virus dengue dalam tubuh
manusia, tubuh akan memberi reaksi. Secara umum, bentuk reaksi tubuh manusia
terhadap keberadaan virus dengue melalui beberapa tahapan/fase. Bentuk
reaksi pertama adalah terjadi netralisasi virus dan disusul dengan mengendapkan
bentuk netralisasi virus pada pembuluh darah kecil di kulit berupa gejala ruam
(rash). Bentuk reaksi kedua yang terjadi gangguan fungsi pembekuan darah
sebagai akibat dari penurunan jumlah dan kualitas komponen-komponen beku darah
yang menimbulkan manifestasi perdarahan. Bentuk reaksi ketiga terjadi kebocoran
pada pembekuan darah yang mengakibatkan keluarnya komponen plasma (cairan)
darah dari dalam pembuluh darah menuju ke rongga perut berupa gejala ascites
dan rongga selaput paru berupa gejala efusi pleura. Apabila tubuh manusia hanya
memberi reaksi tubuh 1 dan 2, orang yang menunjukkan gejala itu akan menderita
demam dengue. Sebaliknya, apabila ketiga bentuk reaksi terjadi, maka
orang itu akan mengalami demam berdarah dengue.
Manifestasi klinis dari
infeksi virus dengue dapat berupa “demam dengue” atau “demam
berdarah dengue”. Demam dengue adalah infeksi karena virus dengue,
tetapi tidak membahayakan atau tidak mengancam jiwa seperti DBD. Demam yang
terjadi pada infeksi virus dengue ini timbulnya mendadak, tingginya
mencapai 39-40 derajat celsius dan dapat disertai dengan menggigil. Karena
peningkatan jumlah kasus dan angka kematian yang cepat muncul dugaan bahwa
virus dengue yang kini mewabah adalah jenis baru. Kemungkinan ini tidak
tertutup karena dengue adalah virus RNA yakni virus yang menggunakan RNA
sebagai genomnya. Seperti diketahui, virus RNA bermutasi jauh lebih cepat
dibandingkan dengan virus DNA.
Sesudah
masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari orang yang tertular dapat mengalami /
menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :
- Bentuk
abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
- Dengue
klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 - 7 hari, nyeri-nyeri
pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak
perdarahan di bawah kulit.
- Dengue
Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan
dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan),
mulut,
dubur,
dsb.
- Dengue
Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok.
Bentuk ini sering berujung pada kematian.
2.
Vektor Penular
Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes
albopictus merupakan vector penularan virus dengue dari penderita
kepada orang lain melalui gigitannya. Nyamuk Aedes aegypti merupakan
vektor penting di daerah perkotaan (daerah urban) sedangkan daerah pedesaan
(daerah rural) kedua spesies nyamuk tersebut berperan dalam penularan.
A.
Penularan Virus
Dengue
1.
Mekanisme Penularan
Demam berdarah dengue tidak menular melalui
kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam
berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk. Oleh karena itu, penyakit ini
termasuk kedalam kelompok arthropod borne diseases. Virus dengue berukuran
35-45 nm. Virus ini dapat terus tumbuh dan berkembang dalam tubuh manusia dan
nyamuk.
Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada
penularan infeksi dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus
dengue masuk ke dalam tubuh nyamuk pada saat menggigit manusia yang sedang
mengalami viremia, kemudian virus dengue ditularkan kepada manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang infeksius.
Seseorang yang di dalam darahnya memiliki virus
dengue (infektif) merupakan sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam darah
selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam (masa inkubasi instrinsik). Bila
penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap
masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan berkembangbiak dan
menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk, dan juga dalam kelenjar saliva.
Kira-kira satu minggu setelah menghisap darah penderita (masa inkubasi
ekstrinsik), nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus ini
akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk
Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue menjadi penular
(infektif) sepanjang hidupnya.
Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk
menggigit (menusuk), sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui
saluran alat tusuknya (probosis), agar darah yang dihisap tidak membeku.
Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.13
Hanya nyamuk Aedes aegypti betina yang dapat menularkan virus dengue.
Nyamuk betina sangat menyukai darah manusia (anthropophilic) dari pada
darah binatang. Kebiasaan menghisap darah terutama pada pagi hari jam
08.00-10.00 dan sore hari jam 16.00-18.00. Nyamuk betina mempunyai kebiasaan
menghisap darah berpindah-pindah berkali-kali dari satu individu ke individu
lain (multiple biter). Hal ini disebabkan karena pada siang hari manusia
yang menjadi sumber makanan darah utamanya dalam keadaan aktif bekerja/bergerak
sehingga nyamuk tidak bisa menghisap darah dengan tenang sampai kenyang pada
satu individu. Keadaan inilah yang menyebabkan penularan penyakit DBD menjadi
lebih mudah terjadi.
2.
Tempat Potensial Bagi Penularan Penyakit DBD
Penularan penyakit DBD dapat terjadi di semua tempat
yang terdapat nyamuk penularnya. Tempat-tempat potensial untuk terjadinya
penularan DBD adalah :
a)
Wilayah yang banyak kasus DBD
(rawan/endemis)
b)
Tempat-tempat umum merupakan tempat
berkumpulnya orang-orang yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan
terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar.
Tempat-tempat umum itu
antara lain :
·
Sekolah
Anak murid sekolah
berasal dari berbagai wilayah, merupakan kelompok
umur yang paling rentan
untuk terserang penyakit DBD.
·
Rumah Sakit/Puskesmas dan sarana
pelayanan kesehatan lainnya :
Orang datang dari
berbagai wilayah dan kemungkinan diantaranya adalah
penderita DBD, demam
dengue atau carier virus dengue.
·
Tempat umum lainnya seperti :
Hotel, pertokoan,
pasar, restoran, tempat-tempat ibadah dan lain-lain.
c.) Pemukiman baru di pinggiran kota
Karena di lokasi ini,
penduduk umumnya berasal dari berbagai wilayah, maka kemungkinan diantaranya
terdapat penderita atau carier yang membawa tipe virus dengue yang berlainan
dari masing-masing lokasi awal.
Nyamuk
Penular DBD
1. Morfologi
Nyamuk
Aedes aegypti mempunyai morfologi sebagai berikut :
a)
Nyamuk dewasa: berukuran lebih kecil,
jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk yang lain. Mempunyai warna dasar
hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki.
b)
Pupa (Kepompong): berbentuk seperti
“Koma”. Bentuknya lebih besar namun lebih ramping dibandingkan larva
(jentik)nya. Pupa nyamuk Aedes aegypti berukuran lebih kecil, jika
dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain.
c)
Larva (jentik), terdiri dari:
· Larva
instar I berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm.
· Larva
instar II berukuran 2,5-3,8 mm.
· Larva
instar III berukuran lebih besar sedikit dari larva instar II.
· Larva
instar IV berukuran paling besar 5mm.
d) Telur,
berwarna hitam dengan ukuran lebih 0,80 mm. Telur berbentuk oval yang mengapung
satu persatu pda permukaan air yang jernih, atau menempel pada dinding
penampungan air, Aedes aegypti betina bertelur diatas permukaan air pada
dinding vertikal bagian dalam pada tempat-tempat yang berair sedikit, jernih,
terlindung dari sinar matahari langsung, dan biasanya berada di dalam dan dekat
rumah. Telur tersebut diletakkan satu persatu atau berderet pada dinding tempat
air, di atas permukaan air, pada waktu istirahat membentuk sudut dengan
permukaan air.
2.
Lingkungan Hidup
Nyamuk Aedes aegypti seperti nyamuk lainnya
mengalami metamorphosis sempurna yaitu telur – jentik – kepompong – nyamuk.
Stadium telur, jentik dan kepompong hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan
menetas menjadi jentik dalam waktu kurang lebih 2 hari setelah telur terendam
air. Telur dapat bertahan hingga kurang lebih selama 2-3 bulan apabila tidak
terendam air, dan apabila musim penghujan tiba dan kontainer menampung air,
maka telur akan terendam kembali dan akan menetas menjadi jentik. Stadium
jentik biasanya berlangsung 6-8 hari, dan stadium pupa (kepompong) berlangsung
antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi dewasa 9-10 hari. Umur nyamuk
betina dapat mencapai 2-3 bulan. Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke
tempat mencari mangsa dan ke tempat istirahat ditentukan oleh kemampuan
terbang. Jarak terbang nyamuk betina biasanya 40-100 meter. Namun secara pasif
misalnya angin atau terbawa kendaraan maka nyamuk ini dapat berpindah lebih
jauh.
3.
Variasi Musiman
Pada musim hujan tempat perkembang biakan Aedes
aegypti yang pada musim kemarau tidak terisi air, mulai terisi air.
Telur-telur yang tadinya belum sempat menetas akan menetas. Selain itu pada
musim hujan semakin banyak tempat penampungan air alamiah yang terisi air hujan
dan dapat digunakan sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti. Oleh
karena itu pada musim hujan populasi
nyamuk Aedes aegypti terus meningkat. Bertambahnya populasi nyamuk ini merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan penularan penyakit
dengue.
4.
Tempat Perkembangbiakan Aedes
aegypti
Tempat perkembangbiakan utama nyamuk Aedes
aegypti ialah pada tempat-tempat penampungan air berupa genangan air yang
tertampung di suatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau
tempat-tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk
ini biasanya tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang langsung
berhubungan dengan tanah. Jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a)
Tempat Penampungan Air (TPA), yaitu
tempat-tempat untuk menampung air guna keperluan sehari-hari, seperti:
tempayan, bak mandi, ember, dan lain-lain.
b)
Bukan tempat penampungan air (non TPA),
yaitu tempat-tempat yang biasa menampung air tetapi bukan untuk keperluan
sehari-hari, seperti : tempat minum hewan peliharaan (ayam, burung, dan
lain-lain), barang bekas (kaleng,botol, ban,pecahan gelas, dan lain-lain), vas
bunga,perangkap semut, penampung air dispenser, dan lain-lain.
c)
Tempat penampungan air alami, seperti :
Lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang,
pangkal pohon pisang, potongan bambu, dan lain-lain .
Derajat serta Tanda dan Gejala
1.
DBD
Derajat I : Demam diikuti gejala tidak spesifik. Satu-satunya manifestasi
perdarahan adalah tes torniqeet yang positif atau mudah memar.
2.
DBD
Derajat II : Gejala yang ada pada
tingkat I ditambah dengan perdarahan. Kegagalan sirkulasi ditandai oleh denyut
nadi yang cepat dan lemah, hipotensi, suhu tubuh yang rendah, kulit lembab dan
penderita gelisah.
3.
DBD
Derajat III : Gejala yang ada pada tingkat I ditambah dengan perdarahan
spontan. Perdarahan bisa terjadi di kulit atau di tempat lain.
4.
DBD
Derajat IV : Syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak
dapat diperiksa. Fase kritis pada penyakit ini terjadi pada akhir masa demam.
Setelah demam selama 2 - 7 hari, penurunan suhu biasanya disertai dengan
tanda-tanda gangguan sirkulasi darah. Penderita berkeringat, gelisah, tangan
dan kakinya dingin, dan mengalami perubahan tekanan darah dan denyut nadi.
Demam Berdarah Dengue
(DBD) mempunyai tanda dan gejala penyakit sebagai berikut :
1.
Demam
DBD
didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus-menerus berlangsung 2-7 hari.
Panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi.
2.
Tanda-Tanda
Perdarahan
Perdarahan
ini terjadi disemua organ. Bentuk perdarahan hanya dapat berupa uji tourniquet
(Rumple Leed) positif atau dalam
bentuk satu atau lebih manifestasi perdarahan
: Petekie, Purpura, Ekimosis, Perdarahan Konjungtiva, Epitaksis,
Perdarahan gusi, Hematemesis, Melena, dan Hematuri. Petekie sering sulit
dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakannnya regangkan kulit, jika
hilang maka bukan petekie. Tourniquet positif sebagai tanda perdarahan ringan,
dapat dinilai sebagai hard test (dugaan
keras) oleh karena uji tourniquet positif pada hari-hari demam juga terdapat
pada sebagian besar penderita DBD. Namun uji tourniquet positif juga dapat
dijumpai pada penyakit virus lain (campak, chikungunya), infeksi bakteri
(thypus abdomnalis), dan lain-lain. Tourniquet dinyatakan positif jika terdapat
10 atau lebih petekie seluas 1 inci persegi (2,5 x 2,5 cm) di lengan bawah
bagian depan (volar) dekat lipat siku (fossa
cubiti). Petekie merupakan tanda perdarahan yang tersering ditemukan. Tanda
ini sering muncul pada hari-hari pertama demam. Epistaksis dan perdarahan gusi
juga sering ditemukan, sedangkan perdarahan gastrointestinal biasanya juga
renjatan. Kadang-kadang dijumpai pula perdarahan konjungtiva dan hematuri.
3.
Pembesaran
Hati (Hepatomegali)
Pebesaran
hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan. Tetapi pembesaran hati tidak
sejajar dengan beratnya penyakit. Pembesaran hati juga sering ditemukan tanpa disertai
ikterus.
4.
Renjatan
(Syok)
Syok disebut juga
renjatan. Tubuh teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, dan jari
tangan. Tanda lain syok wajah pucat, nadi lemah, kecil, sampai tidak teraba.
5.
Trombositopenia
Jumlah trombosit 100.000/l biasanya ditemukan diantara hari ke 3-7 sakit.
Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti bahwa jumlah trombosit
dalam batas normal atau menurun. Pemeriksaan dilakukan pada saat pasien diduga menderita
DBD, bila normal maka diulang tiap hari sampai suhu turun.
6.
Hemokonsentrasi
(Peningkatan Hematokrit)
Peningkatan nilai
hematokrit (Ht) menggambarkan hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD.
Merupakan indicator yang peka terjadinya perembesan plasma, sehingga dilakukan
pemeriksaan hematokrit secara berkala. Pada umumnya penurunan trombosit
mendahului peningkatan hemaktrokrit. Hemokonsentrasi dengan peningkatan
hematokrit 20% (misalnya
35% menjadi 42% : 35/100 x 42 =7, 35+7 = 42), mencerminkan peningkatan
permeabilitas kapiler dan perembesan plasma. Perlu mendapatkan perhatian, bahwa
nilai hematokrit dipengaruhi oleh penggantian cairan atau perdarahan. Penurunan
nilai hematokrit 20 % setelah
pemberian cairan yang adekuat, nilai Ht diasumsikan sesuai nilai setelah pemberian
cairan.
7.
Gejala
dan Klinik Lain
Gejala klinik lain yang
dapat menyertai penderita DBD ialah nyeri otot, anoreksia, lemah, mual, sakit
perut, diare atau konstipasi, dan kejang. Pada beberapa kasus terjadi
hiperpireksia disertai kejang dan penurunan kesadaran sehingga sering
didiagnosis sebagai ensefalitis. Keluhan sakit perut yang hebat sering kali
timbul mendahului perdarahan gastrointestinal dan renjatan. Infeksi oleh virus dengue menimbulkan
variasi gejala mulai virus nonspesifik sampaiperdarahan yang fatal.
Gejala
demam dengue tergantung pada umur penderita. Penyakit ini dituhjukan melalui
muncunya demam secara tiba-tiba, di sertai sakit kepala berat, sakit pada sendi
dan otot dan ruam. Ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang dan
biasanya mucul dulu pada bagian bawah badan pada beberapa pasien, ia menyebar
hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut bisa juga
muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare.
Demam
berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam yang
lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Gejala klinis demam berdarah
menunjukkan demam yang lebih tinggi, pendarahan,trombositopenia dan
hemokonsentrasi. Sejumlah kecil kasus bisa menyebabkan sindrom shock dengue
yang mempunyai tingkat kematian tinggi.
Demam
berdarah Dengue adalah komplikasi serius dengue yang dapat mengancam jiwa
penderitanya, dengan ditandai oleh :
ü demam tinggi yang terjadi tiba-tiba
ü manifestasi perdarahan
ü hepatomegali/pembesaran hati
ü kadang-kadang terjadi syok
DAFTAR PUSTAKA
Yuono IF. Penurunan Jumlah Trombosit Sebagai Faktor Terjadinya Perdarahan
pada Pasien Demam Berdarah Dengeu Dewasa di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Semarang: FK. UNDIP, 2007
Sumarmo. Aspek
Klinis dan Penatalaksanaan Demam
Berdarah Dengue. Artkel Kesehatan Cermin Dunia Kedokteran: 60 (4), 1990
Widoyono. Penyakit Tropis, epideminologi, penularan,
pencegahan dan pemberantasannya. Jakarta: Erlangga, 2006
Suriadi,
Yulianti R. Asuhan keperawatan pada Anak. Jakarta: Sagung Seto, 2006
Gandahusada
S, Ilahude HE, Pribadi W. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: FK UI, 2004
Oktri
Hastuti. Seri Kesehatan Masyarakat: Demam Berdarah Dengue – Penyakit dan Cara
Pencegahannya, Jakarta: Penerbit Kanisius, 2008
Widyastuti,
Palupi. Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue: Panduan
Lengkap. Jakarta: EGC, 2002.